Saturday, September 12, 2020

Cerpen Misteri Pendakian Alam Gaib Di Gunung Malabar Part 1

PENDAKIAN MISTIS

DIMENSI LAIN DI GUNUNG MALABAR

(Berdasarkan Kisah Nyata)

Penulis : Apriandhika

Editor Gambar : Saefulrzl

Pada hari Kamis 20 Juni 2019 tahun lalu tepatnya pada Malam Jumat, Saya Pokis mendaki Gunung Malabar yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Saya berangkat bersama Lima teman saya yang bernama Agan, Adul, Irgi, Kipot, dan Amad.

Gunung ini memiliki ketinggian 2343 Mdpl.

Kami berenam berangkat pukul setengah 6 sore menuju ke kampung terakhir sebelum jalur pendakian, Kampung tersebut bernama Cidulang.

Sebelum sampai diperhentian terakhir tempat Kami menitipkan kendaraan, kami sholat Maghrib di Masjid yang berada di perkampungan tersebut.

Setelah selesai sholat kami membeli sedikit logistik tambahan di sebuah warung yang terletak di dekat Masjid tempat kami melaksanakan sholat Maghrib sambil mempacking ulang barang, ketika Kami sedang mempacking ulang barang, seorang Bapa Tua yang keluar dari Masjid tiba-tiba bertanya,

“Bade kamarana Jang?” (Mau pada kemana Dek?) Sambil berjalan menghampiri Kami.

Kami pun spontan menjawab sambil serentak menoleh ke arah Bapa tersebut.

“Ke Gunung Malabar Pa”

Dia pun melanjutkan pembicaraan dengan bilang

“Meni waranian ka Malabar wayah kieu” (Berani sekali ke Malabar-malam begini)

Lalu teman Saya Adul menjawab dengan lantang,

"Ah da pamuda Pa" (Ah kan Anak Muda Pa) sambil sedikit tertawa,

Lalu bapa itu pun bilang,

“Nya sing ati-ati we Jang Malabar mah sanget keneh” (Yang penting hati-hati ya Dek, Malabar masih angker)

Saya pun menjawab sambil sedikit tersenyum,

“Muhun Pa Hatur Nuhun” (Iya Pak, Terimakasih)

Setelah selesai melakukan packing ulang kami pun bergegas menuju ke tempat penyimpanan kendaraan yang terletak tidak terlalu jauh dari masjid tersebut. Setelah sampai diujung pemukiman warga dan kami sedikit berbincang dengan pemilik rumah tempat kami menitipkan kendaraan yang sekaligus dia adalah Ketua RT di area pemukiman tersebut.

Sekitar pukul setengah 7 malam, Kami mulai menyalakan 2 buah headlamp dan 1 buah senter, dimana hanya itu alat penerangan yang kami bawa, lalu Kami berdoa bersama dengan harapan ‘dapat pergi dalam keadaan sehat dan bisa pulang ke rumah dengan selamat’.

Untuk kemudian ketika selesai berdoa, Kami memulai langkah pendakian menuju area perkebunan, namun beberapa meter sebelum mulai masuk area perkebunan ada yang cukup menyita perhatian kami.

Kami di gonggongi cukup lama oleh seekor anjing berwarna hitam yang entah milik siapa, yang tentunya tidak terlalu Kami hiraukan, mengingat di perkampungan seperti ini  memang sudah biasa terdapat banyak anjing penjaga hewan ternak maupun penjaga kebun, meskipun anjing ini sedikit aneh karena anjing kebanyakan yang kami lihat biasanya terlihat bergerombol dan tidak berada di perkebunan jika tidak sedang mengikuti majikannya, tapi Kami tidak melihat satupun anjing lain ataupun orang selain kami berenam di sekitar situ.

Kami pun mulai memasuki area perkebunan saat itu.

Baru sekitar 10 menit Kami berjalan memasuki area perkebunan,

Kami semua  mendengar suara yang suaranya seperti suara besi yang di pukul dengan besi berulang-ulang,

Suaranya terdengar seperti “Teng…Teng…Teng..” terus-menerus berbunyi dengan nada yang statis.

Bersambung...

Previous Post
Next Post

0 komentar: