Monday, July 20, 2020

CERPEN Masalalu Suamiku Part 1

#Masalalu_Suamiku

Setelah menikah kami tinggal dirumah orangtuaku. Suamiku menyetujui kami tinggal disini karena dia telah resign dari pekerjaannya dan keberatan jika harus menanggung biaya hidupku. Dia enggan mengeluarkan uang tabungannya untukku, membelikan tempat tinggal, bahkan untuk mengontrak atau sekedar sewa rumah sepetak kecil. Rumah orangtuaku untungnya ada 5 kamar yang hanya terisi 2 kamar sehingga kami bisa menggunakan 3 kamar lainnya. 

Setelah 3 bulan kami menikah aku mengingatkan nafkah yang tidak dia berikan sepeserpun kepadaku. Alasannya dia tidak bekerja. Padahal dua bulan sebelumnya dia memperlihatkan isi tabungannya kepadaku. Ada 3 digit depannya. Dia juga memperlihatkan emas batangan dan surat tanah yang dia beli waktu masih bekerja, totalnya ada 300 gram dan 4 tanah di 2 kota berbeda.

Kami bertengkar hebat di bulan ketiga pernikahan kami karena aku hanya mengingatkan nafkah untukku dengan pelan dan lembut. Dia arahkan telunjuknya kepadaku dan menyebutku matrealistis. Dia mengadu pada ibunya dan ceramah panjang ibunya pun aku telan dengan hati yang hancur.

"Sudahlah nak, kasih saja dia itu satu atau dua juta perbulan sesuai permintaannya. Makannya, lain kali jangan kamu beritahu dia uangmu yang ratusan itu biar matanya nggak ijo!" seru ibunya dengan menggelegar dan sewot.

Setelah pulang dari rumah ibunya, dia gantian yang menceramahiku panjang lebar dan ujungnya mengucapkan kata-kata yang membuat hatiku pilu. "Kalau kamu mau nafkah tiap bulan, oke, akan aku beri kamu satu juta perbulan sesuai saran mama, tapi selama tiga bulan saja setelah itu kita pisah saja. Aku tidak mau punya istri yang mata duitan dan banyak menuntut sepertimu."

Siapa yang tidak sedih dibulan ketiga pernikahan diancam akan diceraikan kalau menuntut nafkah. Baiklah, aku mengalah dan merendah. Aku bilang aku tidak akan menuntut nafkah lagi. Selama ceramah panjang dari dia dan ibunya aku hanya diam merunduk sedih dan terpukul. Aku masih tidak siap rasanya menjadi janda. 


Bersambung... Part 2
Previous Post
Next Post

0 komentar: