Seperti biasa sebelum membuka pintu aku mengintip dari balik korden. Dahiku berkernyit, saat melihat tiga gadis cantik yang tidak aku kenal. Batinku, siapa mereka? Bismillah, akhirnya pintu kubuka.
"Assalamualaikum, Mbak," sapa salah satu dari mereka.
"Wa'alaikumsalam. Ada perlu apa, Mbak?" tanyaku keheranan dan terpesona. Tiga tamuku ini cuantik luar biasa. Mereka mengenakan gaun hitam dan pasmina hitam.
"Ini rumah Mbak Ayu, kan?"
"Iya betul. Ada apa ya, Mbak?"
"Kami bertiga mau minta tolong dirias. Bisa kan, Mbak?"
Seketika kecemasanku menghilang, Mbak-Mbak. Owalah ... ternyata tamu salon, to. Dalam hati tak henti aku bersyukur, Alhamdulillah, ternyata ada yang ngantar rejeki sepagi ini. Gak kepikir sama sekali kalau mereka makhluk gaib. Karena memang sesekali aku menerima tamu yang minta didandani dini hari. Tapi biasanya mereka konfirmasi dulu, tak datang mendadak seperti sekarang.
Mereka pun kupersilahkan masuk. Dari ketiga tamuku tersebut, hanya satu yang berbicara. Yang dua lainnya lebih banyak diam. Jika kedua temannya terlihat ramah dan banyak tersenyum, yang satunya terlihat jutek.
Satu per satu dari mereka mulai kurias. Kami lebih banyak diam, berbicara pun hanya seperlunya. Lama-lama tak tahan juga aku menahan rasa penasaran. Akhirnya aku pun bertanya.
"Mbak-Mbak ini tinggal di mana?"
"Di Jakarta Pusat, Mbak."
Batinku, waduuh ... jauh amat untuk rias wae kok sampai ke Halim. "Lumayan jauh ya, Mbak. Kok bisa tahu kalau saya merias, Mbak?"
"Ya taulah, Mbak."
"Apa sebelumnya kita pernah bertemu?" tanyaku lagi. Pikirku mungkin kami pernah ketemu pas aku merias di gedung. Tapi ternyata jawaban yang kuterima berbeda.
"Kalau Mbak Ayu mungkin belum pernah melihat aku, tapi aku sering melihat Mbak boncengan sama suami lewat di depan rumahku."
Deg, kaget to aku? Kok dia sering melihat aku dan suami? Di mana?
"Masak sih, Mbak? Mbak lihat aku di mana?" tanyaku lagi sambil tersenyum.
"Mbak Ayu sering ke Pasar Tanah Abang, kan? Nah kalau Mbak ke sana pasti ngelewatin rumahku. Makanya aku sering lihat."
Aku teruus mikir, sebenarnya di mana rumah gadis-gadis ini. Perasaan kalau mau ke Tanah Abang, aku gak melewati pemukiman penduduk. Gak ada perumahan kecuali komplek kedutaaan besar yang ada di Kuningan.
Aku kembali merias. Tangan bekerja otak berpikir. Aku pun bertanya lagi, "Lha tadi ke sini naik apa, Dek?"
Si gadis juru bicara pun menjawab, "Naik mobil, Mbak."
Ooo ... masuk akal jawabannya. Memang di atas jam sepuluh malam hingga jam setengah lima pagi portal gang di tutup. Mungkin mereka meninggalkan mobilnya di pinggir jalan.
Bersambung...
0 komentar: